Jumat, 12 November 2010

Helikopter Serbu Bumblebee - 001 Rancangan PT DI

Helikopter serbu Bumblebee-001 dirancang PT. DI berdasarkan platform helikopter BO-105 Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB). Helikopter BO-105 telah dihentikan produksinya, PT. DI menyerahkan produksi terakhir helikopter ke-122 ke TNI AD pada 19 Maret 2009. PT DI mendapatkan lisensi dari MBB pada 1976 hingga 2009.

Bumblebee-001 diawaki dua orang, kopilot/penembak dibagian depan sedangkan pilot dibagian belakang, dipersenjatai roket tanpa kendali FFAR 2,75 inch disimpan dalam 7 tabung peluncur, serta sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 mm.

Dimensi Helikopter

* Panjang : 12,60 m

* Tinggi : 3,37 m

* Diameter rotor utama : 9,84 m

* Diameter rotor tail : 1,90 m

* Berat kosong : 1350 kg

INDRA , Radar Pertama Buatan Indonesia

Bandung - Ingin buktikan bahwa bangsa Indonesia tidak kalah dengan bangsa lainnya, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI) dan PT Solusi 247 divisi Radar and Communications System (RCS) membuat radar maritim.

"Kita ingin gugah semangat bangsa Indonesia dan tunjukkan bahwa Indonesia bisa membuat radar," ujar Kepala Bidang Telekomunikasi LIPI-PPET Dr Mashury usai Seminar Radar Nasional III 2009 di ruang Embassy, Hotel Savoy Homman, Jalan Asia Afrika, Kamis (30/4/2009) sore.

Sejak tahun 2006, PPET LIPI telah mengembangkan dua versi radar. Yakni radar pengawas pantai dan radar navigasi kapal. Dalam pengembangannya, radar maritim tersebut diberi nama sementara Indonesian Radar (Indra).

Untuk membedakannya, radar navigasi kapal yang dikembangkan oleh PT Solusi 247-RCS diberi nama Indra-1 dan radar pengawas pantai yang dikembangkan oleh PPET-LIPI diberi nama Indra-2.

"Kedua radar ini menggunakan teknologi frequency-modulated continous wave (FMCW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar jauh lebih kecil ketimbang radar-radar yang ada dipasaran," ujar pria berkacamata ini.

Pada 24 Oktober 2008, tambah Mashury, uji coba terhadap Indra-1 dilakukan di radar test site di Cilegon Timur.

"Indra-1 berhasil mendeteksi dan mengukur jarak sebuah kapal yang sedang berlayar dengan akurat. Kita bangga dengan hasil ini. Ini bukti kita bisa membuat radar yang dibangun dan berfungsi dengan baik," ungkapnya.

Setelah lolos sejumlah tahapan tes, dalam kesempatan yang sama nama Indra-1 diganti menjadi Indonesia Sea Radar (Isra). Sedangkan Indra-2 saat ini masih dalam tahapan uji coba.

"Hari ini kita juga sekaligus meresmikan nama Isra untuk mengantikan nama Indra-1. Sedangkan nama Indra-2 nantinya akan menjadi Indera saat prototipe tersebut sudah diuji coba," terangnya.

Isra saat ini dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan hasil kreasi anak bangsa. Fitur tersebut antara lain peta vektor, data sistem informasi maritim AIS (automatic identification system), data GPS dan data kompas yang terintegrasi dengan display. Ukuran kedua radar juga jauh lebih kecil.

"Kedua radar ini juga menggunakan teknologi frequency-modulated continous wave (FMCW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar jauh lebih kecil ketimbang radar-radar yang ada dipasaran," ujar pria berkacamata ini.(ern/ern)

Indra, difungsikan sebagai radar maritim, menggunakan teknologi frequency-modulated continous wave (FMCW), dengan daya pancar yang sangat kecil, yakni 1 Watt.

Berikut Spesifikasi lengkapnya :

Applications

Ships radar
Marine radar
Naval navigation

Key Features

Very low transmit power (“silent radar”)
State-of-the-art antenna technology and signal processing
Superior target detection, discrimination and localization capabilities
Covert operations ready

Specifications

Transceiver
Transmit power : 1 Watt
Frequency : X-band
Range scales : 48, 24, 12, 6, 3, 1.5, 0.75 NM
Location : Upmast (integrated with antennas)
Weight : 22 kg (antenna unit + turning mechanism – TX-RX unit)
Dimensions : 35 (w) x 45 (l) x 25 (h) cm (turning mechanism – TX-RX unit)

Antennas
Configuration : Separate TR-RX antennas
Type : Patch arrays
Beamwidth : Horizontal: 2°, Vertical: 20°
Rotation speed : Variable (max. 48 rpm)
Weight : 22 kg (antenna unit + turning mechanism – TX-RX unit)
Length : 1.2 m (4 feet)
Wind load : Relative wind 100 kt for 24 rpm and 70 kt for 48 rpm
Temperature : -25° C to +70° C

Radar Processor Unit
System : PC-based
Location : Downmast
Video output : VGA, adaptable to ARPA systems
Weight : 8 kg
Dimensions : 25 (w) x 30 (l) x 20 (h) cm
Temperature : -15° C to +55° C

Software
OS : Linux
Control : MATA (MAritime Tracking Aid)
User interface : Output: audio-visual, selectable menus and windows; Input: keypad with tracker ball

Power supply
Input : 110 / 220 V ac from vessel’s mains
Output : 12 V dc
Optional Uninterrupted Power Supply (UPS) unit available

Display unit
Resolution : Color VGA, 640 x 480 pixels

Control unit
Input control : Keypad with tracker ball
Temperature : -15° C to +55° C

Casing
All parts are protected by rust- and waterproof casing

Dalam sambutannya, perwakilan dari pihak Solusi 247 sedikit bercerita tentang perjalanan panjang Indra hingga tiba saatnya inaugurasi ini. Diawali dari tahun 2006, dimana Solusi 247 — perusahaan IT yang finansialnya tidak mau menggantungkan diri kepada bank, mendapat tawaran untuk merancang dan memproduksi radar, dimana piranti ini bukan merupakan produk industri yang banyak dikembangkan di Indonesia. Namun, dengan melihat pihak-pihak yang ikut turun tangan dalam proyek ini, yaitu IRCTR TU-Delft Belanda, ITB, UI, LIPI, akhirnya Solusi 247 menerima tawaran yang diajukan.

Prof. Leo Litghart, perwakilan dari IRCTR, turut menyampaikan dalam sambutannya, bahwa ia sangat senang dan bangga bisa turut serta dalam proyek Indra ini.

Melalui Indra, kita bisa membuktikan bahwa Indonesia telah memantapkan langkahnya untuk menjadi bangsa yang mandiri di bidang Hankam, dimana saat ini hampir 100% radar yang dioperasikan di Indonesia, baik radar pertahanan maupun radar sipil, merupakan produk luar negeri.

Senin, 08 November 2010

TNI-AU Perlu 10 Skuadron Tempur (160 Pesawat Tempur)


10 skuadr

on tempur akan terdiri dari 1 skuadron LIFT, 1 skuadron COIN, dan 8 skuadron campuran dari pesawat tempur ringan, sedang, dan berat (photo : toye)

TNI-AU Perlu 10 Skuadron

Sangata (ANTARA News)- TNI AU membutuhkan 10 skuadron atau 160 pesawat hingga 2024 untuk memperkuat pertahanan negara. "Sesuai dengan strategi TNI-AU kedepan sampai 2024 kita membutuhkan 10 Skuadron atau 160 buah pesawat tempur," kata Kepala Staf TNI-AU Marsekal Imam Syufaat, di Sangata, Rabu.

Menurut KASAU Imam Syufaat, mulai tahun 2011 TNI-AU akan mendatangkan pesawat intai tanpa awak sebanyak 4 unit dan juga pesawat tempur Sukhoi. Pengadaan itu masih diproses di Departemen Pertahanan.

"Pesawat jenis F.16 dan Sukhoi dibutuhkan untuk mendukung diplomasi kita," kata KASAU Marsekal Imam Syufaat menjawab pertanyaan wartawan usai menyaksikan kegiatan puncak kegiatan TNI-AU yang dilaksanakan di Sangata.

"Untuk menghadapi kondisi dan geografis yang butuhkan adalah jenis pesawat berbadan besar seperti Hercules dan tentunya kita masih membutuhkan pesawat seperti Sukhoi," katanya.

Ia menambahkan bahwa standar Alutsista TNI-AU memiliki peralatan yang sedang menuju ke 60 persen. "Karena anggaran kita sejak tahun 2008 kecil sekali sehingga pesawat kita sangat minim.Tahun 2010 ini lumayan besar," kata KASAU.

(Antara)

Obama dan "Hibah" F-16



Setelah mengunjungi India, Presiden AS Barack Obama akhirnya ke Indonesia juga. Diukur dari durasi waktu kunjungannya, India tampak lebih penting sehingga ia perlu tiga hari di sana. Ia mungkin merasa tidak perlu berlama, bahkan tidak sampai sehari, di Indonesia yang pernah ia tinggali dan turut menentukan masa kecilnya itu.

Obama menempatkan India sebagai mitra dagang terpenting bagi pasar tak terbatas produk-produk AS. Itu sebabnya ia perlu menghadiri konferensi tingkat tinggi perdagangan yang diselenggarakan Indo-US Business Council, Badan Perdagangan Primer India, Federasi Kamar Dagang dan Industri India, serta Konfederasi Industri India.

Selain mencari peluang pasar, Presiden AS ini juga membicarakan masalah keamanan. Ia mendesak India memulai lagi perundingan damai dengan Pakistan demi kepentingan domestik dan keamanan kawasan. Perdamaian kedua negara itu akan sangat membantu AS dalam menuntaskan perang melawan Taliban di Afganistan.

Lain halnya Indonesia, negeri yang pernah Obama tinggali bersama ibu dan ayah tirinya pada saat ia berusia 6-10 tahun. Tampaknya tidak penting bagi AS membicarakan persoalan ekonomi dengan Indonesia. Menurut Gedung Putih, pekan lalu, misi Obama ke Indonesia lebih pada isu-isu politik dan kebudayaan ketimbang ekonomi.

Salah satu isu politik strategis adalah keamanan dan pertahanan wilayah bekas ”tanah air”-nya itu. AS menawarkan bantuan mereformasi dan meningkatkan kapabilitas militer Indonesia, terutama pertahanan udara dan maritim. Apakah dalam konteks ini juga masalah keamanan perbatasan dengan Malaysia akan diletakkan?

Terkait dengan pertahanan, kabarnya sudah ada tawaran dari AS untuk menghibahkan F-16 kepada Indonesia. Hibah F-16 dan pembukaan kembali hubungan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat mungkin bakal menjadi agenda penting di bidang pertahanan antara AS dan Indonesia.

F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multiperan yang dikembangkan oleh General Dynamics, yang kemudian diakuisisi oleh Lockheed Martin, AS. Meski pada awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, belakangan telah berevolusi menjadi pesawat multiperan yang tangguh dan amat populer.

Indonesia pernah memiliki 12 unit F-16 blok 15OCU yang terdiri atas delapan F-16A dan empat F-16B. Namun, anggota Komisi I (Hankam dan Luar Negeri) DPR, Fayakhun Andriadi, mengatakan, Indonesia kini hanya memiliki 10 F-16 model A/B atau F-16 generasi pertama. Indonesia hendak mengembangkannya menjadi satu skuadron penuh dengan berencana membeli enam unit F-16 terbaru model C/D.

Munculnya tawaran dari AS untuk menghibahkan F-16 kepada Indonesia patut disikapi dan dicermati. Media dan pejabat Kementerian Pertahanan belum mengungkap kepada publik berapa unit dan model F-16 yang mana yang AS hibahkan kepada Indonesia. Namun, yang pasti AS kini memiliki 24 F-16 C/D yang masih baik dan masih dapat di-retrofit menjadi F-16 C/D terbaru karena AS telah meningkatkan kelas pesawatnya ke F-18.

Menurut Fayakhun, ”hibah” yang dimaksud beberapa pihak itu bukan hibah dalam arti sepenuhnya. AS justru menyarankan kita tidak perlu membeli F-16 terbaru. ”Lebih baik dana yang dianggarkan untuk pengadaan enam unit F-16 terbaru itu dialihkan untuk membeli 24 F-16 C/D miliknya. AS membantu melakukan retrofit 24 unit itu dan upgrade 10 F-16 A/B milik Indonesia menjadi F-16 generasi terbaru,” katanya.

Jika tawaran AS itu diterima, tentu saja jumlah pesawat F-16 model C/D Indonesia kelak setelah retrofit dan upgrade itu akan menjadi 32 unit atau dua skuadron.

Tentu saja kita bisa mempertimbangkan kembali apakah akan membeli enam unit F-16 terbaru model C/D, yang artinya hanya akan menjadi satu skuadron, atau menerima saja tawaran dari AS. F-16 memang memiliki kemampuan tempur sangat baik. Angkatan Udara AS sudah tidak memakainya, tetapi tetap diproduksi untuk ekspor.

Di balik itu, Indonesia pernah mengalami mimpi buruk. TNI tertekan akibat embargo AS sehingga pesawat angkut andalan logistisnya, C130 Hercules, serta pesawat tempur F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon kesulitan suku cadang. Kanibalisasi suku cadang atau berburu suku cadang di pasar gelap memperburuk kinerja pesawat kita.
(Kompas)

Ujicoba R-Han 122 Sukses Dilakukan

Roket R-Han 122 Resmi Diluncurkan



BATURAJA - Uji coba peluncuran empat unit roket R-Han 122 yang dipusatkan dilapangan Dodik Latpur Rindam II/Sriwijaya Km 8 Kemelak Baturaja, Sabtu (6/11) kemarin berlangsung sukses.

Roket pertama dan kedua diluncurkan pukul 13.40 yang penekanan tombol peluncurkan dilakukan oleh Menteri Pertahanan RI Prof DR Ir Purnomo Yusgiantoro MA MSc didampingi Menristek Suharna Soeryapranata, Kasum TNI Marsmadya TNI Edy Harjoko, Sekjen Kemhan Marsmadya Eris Heriyanto, Kabalitbang Kemhan, DR Ir Pos M Hutabarat MA serta Direktur PT Pindad Adik A. Soedarsono.

Peluncuran R-Han 122 kedua dan ketiga dilakukan pukul 14.00 yang penekanan tombolnya dilakukan oleh Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin SH didampingi Pangdam II/SWJ Mayjen TNI Agus Gunaidi Pribadi dan Kapolda Sumsel Irjen Pol Hasyim Irianto.

Empat roket berkaliber 122 mm terdiri dari tiga unit warhead smoke (asap) dan satu unit wearhead live (tajam) yang diluncurkan lapangan tembak Dodiklatpur ini jatuh di Pusat Latihan Tempur Martapura OKU TIMUR (sesuai target). Sebelumnya tanggal 12 Oktober lalu sudah dilakukan uji coba peluncuran pertama.

Kendaraan peluncur roket yang digunakan saat ujicoba (photo : Sriwijaya Post)

Yusgiantoro dalam jumpa pers seusai peluncuran mengatakan roket R-Han 122 merupakan hasil kerjasama yang sinergi antara Balitbang Kementerian Pertahanan RI dengan Kementerian Riset dan Teknologi (KRT), Pindad, LAPAN, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya.

Selanjutnya melakukan integrasi roket dengan penambahan warhead (hulu ledak) sehingga roket berfungsi sebagai senjata yang memiliki daya ledak yang optimal dengan sasaran darat ke darat dengan jarak tembak antara 11-14 km. Dengan adanya integrasi prototipe roket warhead diharakan dapat dimanfaatkan sebagai Alutsista TNI yang selama ini masih tergantung dari luar negeri.

Serangkaian ujicoba roket itu, disebut sebagai bagian target awal pengadaan sebanyak 500 rudal di Kementrian Pertahanan RI, untuk peningkatan alat utama sistim persenjataan (alutsista) TNI.


“Setelah ini tidak ada lagi uji coba, kita akan segera masuk tahap komersial (penjualan),“ kata Menhan seraya menambahkan hingga tahun 2014 minimal akan diproduksi 500 unit roket untuk kebutuhan alutsista TNI AL.

Dipilihnya daerah Baturaja menjadi ujicoba dan peluncuran dengan pertimbangan daerah ini paling pas karena memiliki dianggap sangat cocok. Pasalnya, daerah tersebut cukup aman dan jangkauan penduduk dan jauh dari pemukiman penduduk.

Dikatakan Purnomo, keberhasilan peluncuran berkat kerja keras selama enam tahun terakhir. Pada tiga tahun pertama, sebagai tahap penelitian dari institusi terkait seperti LAPAN, PT DI, PT Pindad, Balitbang dan Kemenristek. Hasil penelitian lalu disatukan/kolaborasi bersama Kemenhan yang menghasilkan ujicoba peluncuran.

Pembiayaan untuk pengadaan roket itu sendiri menurut Purnomo akan dibiayai melalui APBN. Untuk satu rudal yang memiliki daya jangkau sekitar 15 Km tersebut membutuhkan biaya Rp 75 juta. Harga pembuatan rudal produksi dalam negeri itu dinilai lebih murah ketimbang harus membeli roket dari luar yang cost-nya lebih mahal.


(Sriwijaya Post)

Anggaran Alutsista TNI 2010-2024 Rp400 Triliun

Anggaran Alutsista TNI Rp400 Triliun



Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Laksamana Muda TNI Gunadi mengatakan anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan dan pemeliharaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsita) hingga 15 tahun mendatang sekitar Rp 400 triliun. Selain itu, ke depan Kemenhan dan TNI akan memprioritaskan penggunaan alutsista produk dalam negeri. Namun, untuk saat ini beberapa alutsista masih yang berasal dari luar negeri.

"Untuk ke depan Kemenhan akan memaksimalkan penggunaan Alutsista produk dalam negeri," kata Laksamana Muda TNI Gunadi usai Rapat Koordinasi Kemenhan dengan BUMNIS di Kantor Kemenhan, Jakarta, Selasa (9/3).

Menurut Gunadi, rapat koordinasi yang dihadiri seluruh BUMN Industri Pertahanan dan perwakilan dari Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Riset dan Teknologi, Kemeneg BUMN, Kementerian Perindustrian, unsur perguruan tinggi dan dan TNI itu dimaksudkan untuk mensinkronkan rencana kegiatan dalam rangka revitalisasi industri pertahanan.

Gunadi menjelaskan Kemenhan menetapkan tahun 2010 sebagai babak baru dari program pembuatan alutsista dari dalam negeri. Untuk saat ini, menurut Gunadi, Alutsista yang bisa diproduksi dari dalam negeri, antara lain, amunisi, payung, helm, senjata perseorangan dan senjata kelompok, kapal cepat, panser.

Dia mengatakan masing-masing Angkatan pada tahun 2010 memiliki program prioritas pengadaan alutsita. Untuk TNI Angkatan Darat, katanya, memprioritaskan pengadaan alutsista seperti helikopter angkut TNI AD, rudal, dan peluri kendali. Sedangkan Angkatan Laut diantaranya membutuhkan Perusak Kawat Rudal (PKR), kapal selam, dan tank marinir. "Untuk kapal selam sedang diproses, dan tank marinir mulai didatangkan dari Rusia," katanya.

Sementara itu, Angkatan Udara akan memprioritaskan pengadaan pesawat latih, pengganti pesawat tempur OV-10, pesawat tempur MK-53, dan Hercules. Gunadi menyebutkan alutsista yang masih tergantung dari produk dari luar negeri antara lain, pesawat tempur, helikopter serbu, kapal selam, korvet, senjata berat, kanon, tank, sebagian peluri kendali, dan peluru kaliber besar.

Ketika ditanya negara mana yang menjadi tujuan pengadaan alutsista, menurut dia, di antaranya berasal dari Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Belanda, Prancis, Belgia, Polandia, China, dan Korea. Mengenai sumber pembiayaan pengadaan alutsista, menurut Gunadi, berasal dari anggaran rutin masing-masing Angkatan, anggaran pinjaman dalam negeri, dan kredit ekspor. Terkait penggunaan anggaran pengadaan alusista tersebut, Kemenhan tetap memperhatikan aspek pengadaan alutsista secara multiyears.

(Jurnal Nasional)

yak-130



14 Agustus 2009 -- Angkatan Udara Rusia mulai menerima pesawat tempur latih Yakolev Yak-130 dari pabrik pesawat Sokol di Nizhny Novgorod. Pesawat Yak-130 pertama akan digunakan untuk melatih pilot di sekolah penerbangan militer Krasnodar menurut KASAU Rusia Kolonel Jenderal Alexander Zelin.


AU Rusia merencanakan mengoperasikan sekitar 200 Yak-130 untuk melengkapi empat resimen udara di masa datang.

Yak-130 dipilih AU Rusia sebagai pesawat latih dasar untuk melatih penerbang AU Rusia pada April 2002 menggantikan Aero Vodochody L-39 Albatros. Berdasarkan kontrak awal dengan Departemen Pertahanan Rusia, Sokol akan mengirimkan 12 Yak-130 hingga akhir 2010.




Yakolev Yak-130 kursi tunggal dapat digunakan sebagai pesawat serang ringan atau sebagai pesawat latih untuk pesawat tempur generasi keempat atau kelima. Yak-130 berkemampuan manuver tinggi dengan kemampuan jelajah hingga 2000 kilometer dan maksimal kecepatan 1060 km/jam (600 m/jam). Pesawat mampu membawa muatan senjata hingga 3000 kg, terdiri dari senjata buatan Rusia atau Barat.

Mulai masuk jalur produksi pada Mei 2003, Rusia akan mulai mengirimkan 16 Yak-130 ke Aljazair pada 2010.

Meriam Rheinmetal 20mm

Rheinmetal MK 20 Rh 202 adalah meriam otomatis dengan kaliber 20 mm yang dirancang dan diproduksi oleh Rheinmetall. Di kesatuan - kesatuan TNI meriam ini banyak di gunakan oleh kesatuan ARHANUD TNI AD untuk menangkal serangan udara. Namun meriam ini juga banyak di gunakan di Kapal - kapal Perang atau KRI milik TNI AL.


SPESIFIKASI

* Tipe: Double-barrel automatic cannon
* Kaliber: 20 mm x 139 mm
* Operasi: operasi gas
* Panjang: 2,61 m)
* Berat (komplit): 75 kg single feed; 83 kg dual feed
* Rate of fire: 1000 rpm
* Muzzle velocity: 1050 to 1150 m/s
* Berat Proyektil: 134 g


kendaraan tempur bawah air

Kendaraan Tempur Bawah Air

KTBA
Merupakan kendaraan tempur yang di gunakan oleh Kopaska TNI AL yang berguna menambah kecepatan dan jarak jangkau personel Kopaska pada saat penyelaman baik selam biasa , sabotase ataupun infintrasi.

Kendaraan ini di buat sendiri oleh TNI AL. Merupakan satu bukti lagi bahwa bangsa Indonesia mampu menciptakan mesin perangnya sendiri.

Kamis, 04 November 2010

Alutsista Baru Militer Indonesia 2010 - 2014

Menhan Purnomo secara lantang menyatakan pada event penyerahan 3 pesawat tempur Sukhoi SU-27 di Makassar tanggal 27 September 2010 lalu: Untuk membangun pertahanan negara membutuhkan anggaran yang cukup besar, namun besarnya biaya itu tidak semahal dengan kehormatan dan harga diri bangsa. Negara yang besar harus didukung dengan pertahanan yang kuat agar bangsa ini tidak dirongrong, baik dari dalam maupun dari luar. Untuk membangun kekuatan udara NKRI, Indonesia akan melengkapi skuadron tempurnya dengan 10 skuadron dengan kekuatan 180 pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia untuk 10 tahun kedepan.



Statemen ini seperti petir di siang bolong yang membuat petinggi militer negara tetangga terutama Malaysia, Singapura dan Australia menjadi gerah dan gelisah. Selama pekan-pekan ini semua situs militer dan forum militer di dunia maya berdiskusi hangat membahas pembangunan kekuatan militer Indonesia secara besar-besaran. Kalimat utamanya adalah kaget, ada apa gerangan, mengapa tiba-tiba, mau dibawa kemana hubungan kita (kata Armada Band), lalu mereka mulai berhitung ulang dengan inventory arsenalnya.



Geliat perkuatan militer Indonesia secara terpadu mulai terlihat ketika kasus Ambalat pada tahun 2005 menghina harga diri bangsa oleh sebuah negara yang mengaku serumpun tapi arogan, Malaysia. Sesungguhnya itulah titik awal kebangkitan militer Indonesia bersamaan dengan tekad TNI menjadi tentara profesional pengawal NKRI dan tidak lagi terjun dalam dunia politik dalam negeri yang belum dewasa dalam berdemokrasi sampai saat ini.



Belakangan pembangunan kekuatan militer China, India dan Australia menjadi sebab utama mengapa negara kepulauan ini harus memperkuat tentaranya dengan arsenal modern. Menhan Purnomo mengatakan belanja alutsista Indonesia selama lima tahun ke depan berjumlah US$ 16,7 milyar atau setara dengan Rp 150 trilyun, sebuah angka yang fantastik yang mampu membangunkan rasa percaya diri bagi seluruh anak bangsa yang cinta NKRI. Pemerintah oke, DPR juga, apalagi kalau rakyat ditanya dijamin pasti setuju banget. Soalnya selama satu dekade ini kalau bicara alutsista kesan dan pesannya mirip lagu nelongso, minim anggaran, terbentur anggaran, prioritas ekonomi, harus banyak puasa aparat TNI sambil mengelus dada. Sabar ya nduk, kata bapak kandungnya TNI, ya rakyat, ya pemerintah. Nah sekarang TNI sudah berbuka puasa dan menunya sangat beragam, ada PKR, ada Sukhoi, ada Kapal Selam, ada Rudal, ada Panser, bermacam-macam dah.



Apa yang bisa dibelanjakan dengan duit 150 trilyun rupiah itu dalam lima tahun ke depan. Pasti banyak dong dan plaza atau mall arsenal berbagai negara pada sibuk menjajakan diri untuk kerjasama, kerja bareng dan kerja repot menghabiskan dana segar dan banyak itu. Namanya juga gula, pasti banyak semut berdatangan dengan wajah manis untuk kerja bareng memproduksi alutsista di tanah air atau menawarkan produknya yang terbaru.

Kalau kita berandai-andai, setidaknya inilah arsenal yang segera mengisi depot-depot militer Indonesia sampai tahun 2015:



TNI AU :

• 4 Skuadron (64 unit) Sukhoi

• 2 Skuadron (32 unit) F16

• 2 Skuadron (36 unit) Hawk100/200

• 1 Skuadron (12 unit) F5E

• 1 Skuadron (16 unit) Super Tucano

• 1 Skuadron (16 unit) Yak 130

• 2 Skuadron ( 36 unit ) UAV

• 4 Skuadron (64)Hercules

• 7 Batteray Hanud Area



TNI Angkatan Laut :

• KRI PKR Fregat 32 unit

• KRI Korvet 56 unit

• KRI Kapal Cepat Rudal 82 unit

• KRI Kapal Patroli Cepat 87 unit

• KRI Kapal Selam 6 unit

• KRI logistik dan angkut pasukan LPD, LST 48 unit

Kekuatan armada angkatan laut akan ditambah menjadi 3 armada yaitu Armada Barat berpusat di Tanjungpinang, Natuna dan Belawan, Armada Tengah berpusat di Surabaya, Makassar dan Tarakan, Armada Timut berpusat di Ambon Merauke dan Kupang. Kekuatan Marinir diproyeksi akan mencapai 60 ribu pasukan dan disebar diberbagai pangkalan angkatan laut. Kekuatan persenjataan marinir meliputi 350 Tank BMP 3F terbaru, 175 Tank amphibi eksisting, 320 panser amphibi eksisting, 800 rudal QW3, 40 RM Grad, 75 Howitzer.



TNI Angkatan Darat :

• Pasukan Kostrad 3 divisi

• Pasukan Pemukul Kodam 150 Batalyon

• Main Battle Tank 200 unit ditempatkan di Kalimantan dan NTT.

• Panser Pindad APC 540 unit untuk batalyon infantri mekanis

• Panser Canon 320 unit

• Meriam dan Howitzer artileri 890 unit

• Roket NDL 720 unit

• Tank dan Panser eksisting berjumlah 750 unit.

• 20 Heli tempur Mi35

• 26 Heli angkut Mi17

• 95 Heli tempur jenis lain

• 1300 Rudal anti tank

• 60 Hanud titik dengan rudal terbaru

• 700 Rudal strategis Pindad-Lapan



Angkatan Udara dan Angkatan Laut adalah yang terbesar menyerap alokasi anggaran alutsista mengingat banyaknya alutsista yang dibangun dikembangkan dan dibeli dengan teknologi terkini. Pembuatan 10 PKR light Fregat yang sedang dibangun PT PAL setidaknya menghabiskan dana US $ 2,5 milyar. Pembuatan 4 kapal selam ditaksir menghabiskan dana US $2 milyar. Tambahan skuadron tempur Sukhoi dan F16 berikut arsenalnya diprediksi menyerap anggaran US $ 6 milyar. Angkatan Udara akan menempatkan skuadron-skuadron tempurnya di Medan (1 skuadron F16), Pangkal Pinang (1 Skuadron Sukhoi) dan Madiun (2 Skuadron Sukhoi). Eksisting yang sudah ada 1 Skuadron Sukhoi di Makassar, 1 Skuadron F16 di Madiun, 1 Skuadron F5E di Madiun, 1 Skuadron Hawk di Pekan Baru dan 1 Skuadron di Pontianak. Dengan masuknya arsenal baru terjadi pergeseran lokasi skuadron, Tarakan mendapat 8 SuperTucano dan 8 Hawk, Malang 8 SuperTucano, Yogya 16 Yak130. Skuadron F16 di Madiun digeser ke Kupang dan F5E digeser ke Biak dan Timika.



Membaca peta arsenal ini saja jiran sebelah terutama Malaysia, Singapura dan Australia dijamin berkeringat apalagi jika lima tahun ke depan sudah menjadi kenyataan, bisa-bisa tak bisa tidur mereka. Namun bagi sebuah negara besar seperti NKRI, wajar saja diperlukan alutsista dalam jumlah besar untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa, agar negara lain tidak terus menerus meremehkan kekuatan pengawal republik kita. Yang jelas dalam pembangunan kekuatan milter ini semuanya ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan NKRI dari ancaman pihak manapun, setidaknya mereka akan berhitung ulang jika ingin melecehkan teritori Indonesia.

TNI AL Akan Miliki Kapal Cepat Rudal Akhir Tahun 2011


Banyuwangi - TNI Angkatan Laut (AL) dipastikan akan segera memiliki Kapal Cepat Rudal (KCR) Trimaran. Kapal didanai Anggaran dan Belanja Negara itu masih dalam proses pembuatan di PT Lundin Industry Invest di Banyuwangi.

KCR Trimaran yang pengerjaannya sudah dimulai awal tahun 2010 itu, akan diuji coba di bulan Desember 2011. Kapal senilai Rp 250 miliar itu dibuat untuk mendukung pertahanan dan keamanan laut Indonesia.

"Uji coba kapal akan dilakukan Desember 2011," kata Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoedin, saat meninjau pembuatan KCR Trimaran di PT Lundin Industri Invest, Kamis (14/10/2010).

Dia menjelaskan, proyek itu sebagai bagian dari percepatan alat-alat pertahanan TNI dengan melibatkan perusahaan milik pemerintah maupun swasta nasional. Perusahaan dalam negeri dipilih untuk efisiensi anggaran.

KCR Trimaran memiliki spesifikasi, panjang 63 meter dan lebar 15 meter. Selain itu memiliki kapasitas 31 orang serta satu tim pasukan khusus. PT Lundin Industry Invest yang berdiri di Banyuwangi sejak tahun 2004 ini, telah berhasil memproduksi 72 unit kapal untuk keperluan militer dan lainnya.

"Selain itu, untuk SAR dan kapal pesiar. Hasil produksi diekspor ke Malaysia,
Brunei, Thailand dan Australia," jelas Direktur PT Lundin Industri Invest, Lizza Lundin, kepada wartawan di sela-sela kunjungan Wamenhan.(fat/fat)


• Detik